AIB DAN KEHINAAN BELANDA DI ACEH
Aceh l Kabarindoraya.com
Judul artikel ini diambil dari salah satu bagian tulisan HC Zentgraaff berbahasa Belanda; Van Scahden en Vernedering.
HC Zentgraaff merupakan penulis Belanda peraih medali kehormatan Marechaussee. Aib dan kehinaan itu ditulis dalam buku Atjeh, diterbitkan di Batavia oleh Koninklijke Drukkerij De Unie pada tahun 1938.
HC Zentgraaff yang mantan Redaktur surat kabar Java Bode yang diterbitan di Batavia pada masa perang Aceh-Belanda banyak menulis tentang kisah-kisah di balik perang. Menariknya, sebagai seorang jurnalis perang, ia juga mengkritik pemerintah Belanda atas kegagalan di Aceh, selain itu ia juga memuji ketangguhan pejuang Aceh. Makanya ketika buku Atjeh diterbitkan, dianggap sebagai gondam yang memukul wajah pemerintah kolonial. Berikut ini beberapa catatan HC Zentgraaff tentang aib dan kehinaan itu.
“Het recht van ieder die werkt, fouten te maken, is in de eerste vijfentwintig Jaren van den Atjeh-oorlog door ons al te dikwijls, en soms op beschamende wijze, misbruikt.
“Ada haknya bagi mereka yang bekerja untuk membuat kesalahan-kesalahan, telah disalahgunakan oleh pihak kita agak terlampau sering, dan kadang-kadang dengan cara memalukan, dalam masa 25 tahun pertama perang Aceh.”
“Ten aanzien van deb oorlog tegen in Atjeh scheen het dat wij ons goed gesternte hadden verloren, en herhaaldelijk werd gehandeld alsof Nederland op koloniaal terrain nog in de periode van het experimenteeren der beginnelingen stond.”
“Mengenai peperangan kita melawan Aceh, nampaknya kita telah kehilangan bintang terang, dan berulang-ulang dilakukan tindakan seakan-akan Nederlands masih berada dalam tindakan coba-coba oleh orang yang baru belajar dalam bidang kolonial.”
Orang Aceh di mata HC Zentgraaff, baik pria maupun wanita merupakan para pejuang tangguh, yang berperang untuk agama dan nasionalismenya. Kepahlawanan orang-orang Aceh diakuinya sama dengan tokoh-tokoh perang terkenal Belanda. Tentang itu HC Zentgraaff menulis:
“De waarheid is: dat de Atjehers, mannen en vrouwen, in het algemeen schitterend habben gevochten voor wat zij zagen al shun national of religious ideaal. Er is onder die strijders een zeer groot aantal mannen en vrouwen die de trots van elk volk zouden uitmaken; zij doen voor de schitterendste van onze oorlogfiguren niet onder.”
“Kenyataanya ialah: Bahwa orang-orang Aceh itu, lelaki dan perempuan, pada umumnya mereka telah melakukan pertempuran dengan cemerlang, untuk membela cita-cita nasional atau cita-cita keagamaan mereka. Di kalangan para pejuang itu, terdapat sejumlah sangat besar laki-laki dan perempuan, yang merupakan kebanggaan dari setiap bangsa; mereka tidak kalah mutunya dengan tokoh-tokoh peperangan yang paling gemilang pada pihak kita.***(PeGe)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow