Alun-Alun Di Bogor. Dimana Mula Dan Perannya Dimasa Kini Dan Esok
Oleh : Kun Nurachadijat
BOGOR / kabarindoraya.com
Diakui atau tidak, pembangunan kota, terutama Kota Bogor terasa semakin meningkat pesat, meskipun masih tidak merata, namun tetap saja membuat keberadaan lahan terbuka semakin berkurang. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang menyatakan bahwa proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada suatu kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota.
Bogor sebagai sebuah kota, ia pun terkena “kewajiban” itu, harus menyediakan 30 % nya RTH disaat Kota Bogor sudah naik kelas menjadi Kota Metropolitan, yang dicirikan memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi, diatas 1000.000 orang.
Alun-alun, yang sudah tidak asing lagi di perkotaan nusantara ini, merupakan salah satu bentuk RTH yang sering dijumpai pada suatu kota. Biasanya dikanan kiri ditumbuhi pohon beringin yang menambah keteduhan. Terlepas dari Alun – alun Bogor yang diresmikan Gubernur Jabar 17 Desember 2021 di atas lahan 1,7 hektar, yang dulunya Taman Topi.” Saya lebih menyoroti Alun-alun Empang merupakan Alun-alun berbentuk persegi panjang dengan luas lahan 3660,54 m2 yang berada di Kota Bogor.
Ada pohon beringin juga disana. Hanya saja, secara tata letak kota, ia sudah tidak sentrum Kota Bogor lagi. Letaknya yang berada di Kawasan Empang Kota Bogor, yang dahulu kala Kota Bogor, yang masih bernama Dayeuh Pakuan, berpusatkan disana.
Maka Alun-alun harus memiliki nilai sejarah dan budaya (Historical Value) yang cukup tinggi. Seiring konsekuensi perkembangan Kota Bogor saat ini semakin meningkat maka perubahan baik fisik maupun sosioantropologis nya pun berubah dengan yang sangat cepat. Salah satu perubahan yang terjadi di sekitar Alun-alun Empang yaitu yang signifikan, banyaknya pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di sekitar alun-alun.Sayangnya, para PKL itu tampaknya kurang disertai pemahaman mengenai sejarah dan budaya alun-alun.”
Kondisi tersebut membuat suasana keagungan dan kharisma sebuah Alun-alun, semakin terselimuri. Sehingga keberadaannya sebagai alun alun yang full historical value pudar. Diperparah lagi fungsinya sebagai lahan RTH semakin sangat menyempit.
Diketahui Sejarah Alun – alun Empang dan fungsinya sebagai Foklore termonumen. Ada sebuah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, bersurvey lapangan dan studi pustaka, sebut saja penelitian “Memori of Pakuan Pajajaran In The Past” menegaskan bahwa Alun-alun sebagai ruang terbuka sosial sebetulnya mampu meningkatkan kegemilangan kembali sejarah Pajajaran di masa lalu.
Konsep ini menghasilkan desain Alun-alun yang mampu mengingatkan pengujung terutama masyarakat Kota Bogor mengenai peninggalan dan bahkan peristiwa pertempuran yang pernah terjadi di Alun-alun Empang pada masa Kerajaan Pajajaran. Konsep desain yang diterapkan pada tapak adalah sistem pertahanan dayeuh Pakuan. Dayeuh, dalam bahasa Sunda berarti Ibu Kota. Dan Dayeuh Pakuan di Tatar Sunda pada umumnya memiliki sistem atau pola pertahanan yang berlapis. Lapisan pertahanan tersebut diaplikasikan membentuk pola ruang pada Alun-alun. Negara yang beribu kotakan Dayeuh Pakuan, masih menurut penelitian tersebut, adalah Pakuan Pajajaran merupakan salah satu kerajaan di Tatar sunda yang memiliki banyak peninggalan, salah satunya adalah Kujang.
Material kujang yaitu plat besi dan kayu diaplikasikan pada infrastruktur yang ada pada Alun-alun Empang.
Konsep tersebut mampu mengingatkan kembali mengenai sejarah Alun-alun Empang yang dapat menambah etos kerja dan perikehidupan kini dan esok.
(Ii Syafrillah)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow