Jangan Tanya Siapa Bupati Mu Tapi Tanya Siapa Pemimpin Mu Refleksi Pilkada

Jangan Tanya Siapa Bupati Mu Tapi Tanya Siapa Pemimpin Mu Refleksi Pilkada

Smallest Font
Largest Font

Kabarindoraya.com | Batu Bara - Saya dalam sebuah kesempatan diminta menjawab satu pertanyaan apa yang membedakan seorang Bupati dalam memimpin dan kepemimpinan seorang Bupati.

Pertanyaan ini terlihat bolak balik dan sebenarnya sederhana untuk menjawabnya secara teori namun akan berbeda dalam praktek.

Jika Bupati di lahirkan dari mekanisme pilkada maka jangan berharap sikap kepemimpinan rakyat terwujud karena yang lahir dari proses pilkada adalah kepemimpinan pemerintahan bukan kepemimpinan yang diinginkan rakyat cuma kita memang di suruh memilih dari proses pilkada itu jadi seolah kita memilih bupati yang akan memimpin rakyat padahal untuk memimpin pemerintahan selama lima tahun sesuai konstitusi.

Saat ini memasuki tahun pemilu untuk memilih pemimpin pemerintahan yang kadang dalam menyikapinya sering keliru dan salah dalam  bertindak dan berharap untuk dapat menjalankan keinginan rakyat tak jarang ada rasa kesal dan kapok ternyata kepemimpinan dalam birokrasi berbeda dengan kepemimpinan di luar birokrasi yang berdiri di luar subsidi sistim pemerintahan .

Pertanyaannya mengapa pemimpin yang diproses melalui pilkada kesulitan berkomunikasi efektif dengan masyarakat ? ,contoh misalnya,soal satu program yang dikeluhkan rakyat tidak berpihak,inilah yang menjadi sumber pembeda pemimpin di birokrasi dengan pemimpin ideal versi rakyat , hampir tiap kali program pemerintah mendapat penolakan karena ketidak bersesuaian.
 Tadi,jadi kita seperti nya harus bertanya ulang dan berusaha memikirkan bagaimana cara mempertemukan definisi kepemimpin yang ideal yang di perlukan dalam mengelola kepemimpinan birokrasi yang lahir dari proses pilkada ini.

Kalau melihat perundangan yang ada maka proses pilkada seakan peluang untuk menjadi pemimpin birokrasi bagi pemimpin yang bersumber dari rakyat memang akan sulit bersaing dan bertarung karena sudah di kooptasi oleh partai partai yang membutuhkan amunisi .

Seberapa besar uang dan aset yang di miliki agar bisa memasuki arena sumbu kekuasaan birokrasi kalau tidak memiliki maka akan tersingkir dengan sendirinya ,inilah wajah pilkada kita saat ini dalam memilih pemimpin seakan ide dan hati nurani dapat urutan corot meminjam istilah bahasa daerah lokal Kab  Batu Bara.

Suka tidak suka inilah kenyataannya pilkada semacam jamuan lima tahunan yang sakral tidak usah di ganggu dengan keributan karena kita sudah tahu siapa yang akan maju seperti orang Betawi bilang "lue ke elue aja" yah apa boleh buat terlalu tinggi untuk mencari pemimpin yang ideal .

Tulisan ini sebenarnya sebagai celetukan budaya jangan sampai terlewatkan dalam memahami substansi mencari pemimpin yang sudah jauh dari harapan rakyat karena kita secara sadar memang tidak.memerlukan pemimpin yang bersungguh-sungguh berjuang untuk rakyat melainkan hanya basa-basi menghias media sosial he..he .he.(Rudi.Harahap).

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow