Peusaba : Harus Ada Penyelidikan Kenapa Proyek IPAL Dipaksakan Tetap di Kawasan Makam Ulama Aceh
Aceh l Kabarindoraya.com
Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman menuntut untuk diadakan penyelidikan mengapa proyek IPAL tetap dipaksakan untuk dibangun di kawasan makam ulama dan kawasan Istana Darul Makmur Gampong Pande. Ada sesuatu yang ingin mereka capai, bukan hanya sekedar proyek IPAL.
“Peusaba mengingatkan bahwa Pemerintah Kota Banda Aceh telah terang-terangan melawan Undang-Undang Cagar Budaya dan terlihat masih ngotot untuk melanjutkan proyek IPAL di Kawasan Situs Sejarah Gampong Pande,” terang Mawardi, selasa (15/9/2020).
Lebih jauh Mawardi mengungkapkan, sejak dulu banyak sekali makam Raja-raja dan Ulama yang dihancurkan oleh Belanda. Batu Nisan Sultan Iskandar Muda yang bersepuh emas yang tertulis dalam suratnya kepada Raja Inggris, dirampas Belanda dan sampai kini belum dikembalikan oleh Belanda ke Aceh.
Demikian pula Batu Nisan makam Sultan Iskandar Tsani yang bersepuh emas dan intan pudi juga dirampas Belanda dan belum dikembalikan. Kemudian tahun 1976 Keranda Sultan Iskandar Tsani juga digali dan didalam keranda itu ditemukan emas sebanyak 5 kg emas dan hingga kini keberadaan tentang emas itu belum jelas dan tidak pernah dikembalikan ke Aceh.
“Emas di Nisan Sultan Iskandar Muda dan Iskandar Tsani sengaja dipasang di keranda untuk mengancam Portugis. Sejak Kegagalan serangan Aceh ke Malaka tahun 1629 Pihak Barat sudah berpikir kalau Aceh bisa dikalahkan. Untuk itu sebelum wafatnya, Sultan telah membuat nisan bersepuh emas, teriring makna pesannya ke pihak Imperialis dengan jelas “Jangan macam-macam dengan Aceh!”. Aceh memiliki banyak emas dan senjata untuk melawan Imperialisme Barat,” kata Mawardi lagi.
Sedangkan emas di Keranda Sultan Iskandar Tsani, menurut sejarah Iskandar Tsani wafat dalam usia 29 tahun. Sultanah Safiatuddin, sang istri yang sangat mencintai suaminya kemudian bertanya kepada ahli cara agar tubuh suaminya tidak dimakan ulat, oleh ahli hikmah mengatakan bahwa emas dan perak tidak akan didekati binatang didalam tanah.
Ketua Peusaba mengingatkan kepada pihak penghancur situs sejarah, untuk mundur secepatnya atau akan hancur berhadapan dengan kemarahan Rakyat Aceh.
“Rakyat Aceh sejak masa lalu hingga kini tetap menghormati Sultan dan para ulama penyebar Islam di Asia Tenggara,” terang Mawardi.
Peusaba mencurigai langkah penghancuran situs Gampong Pande untuk kawasan IPAL, adalah lanjutan dari operasi pemusnahan sejak era Belanda tahun 1874, buktinya walaupun melanggar aturan, Mereka terus berusaha tanpa henti untuk melenyapkan situs sejarah makam para perwira Turki Utsmani dan Ulama Turki Utsmani di Gampong Pande.
Pada zaman dahulu pihak Belanda tidak berani terang-terangan menghancurkan makam perwira Turki yang tersebar di seluruh Aceh. Maka nama-nama di makam dihilangkan atau ditimbun sehingga sejarah hubungan Aceh dengan kekhalifahan Turki Utsmani lenyap.
Hari ini agenda itu terus berlanjut di kawasan pemakaman Ahli Turki Utsmani dan ulama Turki Utsmani di Gampong Pande, yang terus berusaha dilenyapkan, malah dengan penghinaan yaitu dengan cara menjadikan kawasan makam mereka sebagai tempat pembuangan sampah dan kotoran manusia.
Menurut Mawardi, pemerintah Kota Banda Aceh tersenyum senang melakukan proyek IPAL itu, dengan melecehkan para pejuang Islam yang berjuang untuk Aceh Darussalam.
Mereka kaum yang zalim tidak hanya menghancurkan kawasan situs bersejarah dan makam para ulama namun juga jejak Turki Utsmani di Aceh Darussalam. Mereka sengaja Menghancurkan kisah keberanian Sultan Johan Syah Seljuq (1205-1234), menghancurkan kisah kepahlawanan Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530), menghancurkan kisah keperkasaan Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Kahhar (1539-1572) yang menjalin hubungan dengan Sultan Suleiman Al Qanuni (1520-1566), mereka juga menghancurkan kisah keadilan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang memiliki hubungan dengan Sultan Ahmed I (1603-1617) dan menghancurkan kisah kedermawanan Sultan Iskandar Tsani (1636-1641) yang semasa dengan Sultan Murad IV (1623-1640) Turki Utsmani dan juga sengaja menghancurkan kisah keberanian dan kebaikan hati Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail (1703-1726) yang semasa dengan Sultan Ahmed III (1703-1730).
“Kami Rakyat Aceh bertekad akan melawan kezaliman Pemerintah Kota Banda Aceh yang berniat melenyapkan makam para Raja, Ulama dan Perwira Turki Utsmani yang ada di Aceh, dan Insya Allah, Allah akan memenangkan Rakyat Aceh melawan kezaliman,” kata Mawardi, mengakhiri.*** (Mel)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow