Sst.. Ada Rusia di Balik Kemenangan Trump
Jakarta | Kabarindoraya.com
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump kini diterpa isu serius mengenai cara kemenangan dirinya melawan Capres AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Hal ini terkait dugaan adanya dukungan Rusia dalam memenangkan Donald Trump dengan cara meretas proses pemilu presiden Amerika 8 November 2016.
Apalagi, Trump berencana menjadikan Bos Exxon Mobil Rex Tillerson sebagai menteri luar negeri AS. Rex Tillerson dikenal memiliki kedekatan secara bisnis dan personal dengan Rusia dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Tudingan serius itu sebelumnya diungkapkan harian The Washington Post setelah Presiden Barack Obama memerintahkan evaluasi dugaan serangan siber terhadap proses pemilihan Presiden 2016. Koran itu mengutip sejumlah pejabat yang menyebut sejumlah individu memiliki hubungan dengan Moskow dan memberikan sejumlah surat elektronik rahasia milik tim Hillary Clinton kepada Wikileaks. Pendiri Wikileaks Julian Assange membantah kelompoknya memiliki hubuangan dengan Pemerintah Rusia.
Surat elektronik itu dirilis secara bertahap beberapa bulan sebelum pemilihan presiden digelar. Tujuan Rusia, mengutip koran itu, adalah membantu Donald Trump menang tanpa melanggar proses Pemilihan Presiden AS. “Ini adalah penilaian yang dilakukan komunitas intelijen AS bahwa tujuan Rusia adalah membantu Trump memenangkan pemilu,” demikan The Washington Post mengutip seorang senator.
CIA mengatakan kepada sejumlah senator bahwa sangat jelas kemenangan Trump adalah tujuan Rusia. Namun CIA tak mampu menjawab sejumlah pertanyaan seperti tidak ada bukti bahwa Rusia mengendalikan orang untuk memasok surat elektronik Partai Demokrat yang diretas ke CIA.
Mantan Dubes AS untuk Rusia, Michael McFaul kepada wartawan, Senin (12/12/2016) mengatakan latar belakang atau motivasi Rusia meretas proses Pemilihan Presiden AS yang kemudian dimenangkan Donald Trump itu ada dua.
“Pertama, adalah balas dendam terhadap Hillary Clinton. Harap ingat Vladimir Putin pernah menganggap Hillary telah mengintervensi pemilihan dia (Pemilu Rusia), pemilu legislatif pada Desember 2011, dan dia sering mengungkapkan hal itu di depan publik. Dan saya pernah dengar dia membicarakan soal ini secara pribadi.”
“Kedua, Presiden terpilih Trump mendukung banyak posisi kebijakan luar negeri yang disokong Vladimir Putin. Dan jadinya itu menjadi sangat masuk akal, menurut pandangan saya, bahwa dia lebih senang melihat Presiden terpilih Trump menjadi Presiden Amerika Serikat berikutnya ketimbang Hillary Clinton,” kata McFaul dalam “Meet the Press” dari jaringan televisi NBC.
“Sekarang saya mau menambahkan satu faktor lainnya. Kadang orang menarik kesimpulan bahwa ini entah bagaimana dikoordinasikan dengan Presiden Terpilih Trump. Saya tak percaya teori ini sedikit pun.”
“Tetapi apakah Rusia mengambil langkah-langkah untuk membantu dia (Trump)? Saya kira buktinya cukup nyata sehingga kita sungguh-sungguh memerlukan investigasi independen yang bipartisan ini sebagaimana diseru pihak lain,” tandas McFaul.
Atas dugaan itu, dua tokoh senior Partai Republik pendukung Donald Trump menyerukan perlu dibentuk komisi untuk menyelidiki dugaan peretasan proses pemilu AS oleh Rusia.
Pemimpin Republik di Senat, Senator Mitch McConnel, dan Ketua Komisi Angkatan Bersenjata Senat Senator John McCain, menyerukan investigasi gabungan (Republik dan Demokrat) untuk menyelidiki peretasan Rusia setelah Jumat pekan lalu intelijen AS resmi menyatakan Rusia memang membajak Pilpres AS dengan cara meretasnya demi memenangkan Trump.
“Setiap negara asing yang membobol sistem keamanan siber kita adalah penggangu dan saya mengutuk keras upaya-upaya seperti itu,” kata McConnell dalam jumpa pers seperti dikutip Reuters. “Ini jelas bukan lagi masalah partisan (masalah satu pihak saja).” n Fuad | *
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow