Sumut l Kabarindoraya.com
Kawasan yang diselimuti kabut berbau fospor yang menguap dari kepundan gunung, itu dipenuhi sampah pelastik: botol minuman, kemasan makanan ringan, kantong kresek, sobekan bendera, dan tumpukan gelas minuman. “Masyarakat tak akan sampai ke tempat seperti ini, tapi orang-orang yang bermaksud wisata akan sampai ke kawasan ini.
“Di sini banyak sampah pelastik!” Indra Muda Siregar, ketua FPPSN (Forum Pemuda Peduli Sipirok Narobi) berteriak ketika dia menjejakkan kaki di puncak Gunung Sibualbuali, tepat pada ketinggian 1.200 mdpl, persis di kawasan Kawah II, pada Sabtu, 19 September 2020.
Indra Siregar, yang datang ke kawasan Cagar Alam Dolok Sibualbuali bersama tim survei sebanyak delapan orang, mengaku hendak mengumpulka database tentang potensi destinasi pariwisata di Sipirok-Narobi. “Kami bawa ahli yang akan mem-branding potensi ini agar semua lapisan masyarakat menjaga kelestariannya,” kata Indra Siregar.
Menurut Indra, selama ini kawasan CA merupakan kawasan yang tertutup, dan tak sebarang orang boleh masuk. Hanya mereka yang dapat izin BKSDA Sumatra Utara yang boleh masuk.
“FPPSN sebagai warga yang tinggal di sekitar kawasan Cagar Alam Dolok Sibualbuali perlu melakukan pengontrolan. Ternyata kawasan ini dipenuhi sampah pelastik,” katanya. “Ini menandakan kurangnya pengawasan pihak yang bertanggung jawab.”
Selain mensurvei puncak Gunung Sibualbuali, FPPSN juga melakukan diskusi dengan sejumlah warga yang berhauma di perbatasan kawasan.
“Sebagian besar merupkan petani aren. Mereka memproduksi gula aren. Pekerjaan ini sudah dilaukan masyarakat secara turun temurun,” katanya.
Menurut Indra, masyarakat yang tinggal di desa yang berbatasan dengan CA Dolok Sibualbuali, sudah memanfaatkn potensi yang ada dalam kawasan dengan cara yang arief.
“Dari penelitian yang pernah kami lakukan, untuk kebutuhan herbal, ada ratusan jenis tanaman dalam kawasa CA yang telah dimanfaatkan masyarakat sejak dulu,” kata Indra.*** (Budi Hates)