Kabarindoraya.com | Bogor - Tim Penilai Kabupaten/Kota Sehat Tingkat Nasional Tahun 2025 melaksanakan penilaian tahap pertama dengan mengunjungi delapan lokus di Kota Bogor, Selasa (16/9/2025). 

Turut mendampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Denny Mulyadi. Sehari sebelumnya, Denny Mulyadi juga turut meninjau kesiapan sarana dan prasarana yang akan dinilai.

Menurut Denny Mulyadi, persiapan perlu dilakukan sebagai upaya maksimal Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki dalam rangka menuju Kota Sehat yang tidak hanya didasari penilaian semata. 

Dukungan semua lapisan masyarakat Kota Bogor diharapkan Denny Mulyadi agar dapat meraih hasil terbaik, yakni predikat Swasti Saba Wistara, sebagai penghargaan tertinggi.

Selain itu, ia menegaskan penilaian yang dilakukan di lapangan oleh tim penilai dapat dilakukan secara objektif, optimal, dan memberikan hasil terbaik.

“Mudah-mudahan hasil penilaiannya bagus. Mohon doa dari semua lapisan masyarakat di Kota Bogor agar Kota Bogor mendapatkan hasil terbaik sebagai Kota Sehat. Kotanya sehat, warganya sehat, dan semuanya sehat,” kata Denny Mulyadi. 

Denny Mulyadi menyebutkan bahwa Kota Bogor sempat tertunda masuk dalam nominasi dan penilaian Kota Sehat selama empat tahun akibat pandemi Covid-19 dan terkait dengan capaian Open Defecation Free (ODF). 

“Semua lapisan masyarakat Kota Bogor harus optimis atas penilaian ini, karena sejak awal kita telah melaksanakan ikhtiar. Semua perangkat daerah telah mempersiapkan diri secara maksimal terkait sembilan tatanan,” ujarnya.

Ketua Tim Penilai, Ely Setiyawati, menjelaskan bahwa penilaian didasarkan pada implementasi sembilan tatanan. Mulai dari masyarakat sehat dan mandiri, pendidikan, kebencanaan, hingga aspek lainnya dalam mewujudkan Kota Bogor yang sehat, dengan masyarakat dan lingkungan yang sehat, produktif, serta sejahtera.

Tim penilai, lanjut Ely, terdiri dari lintas sektor. Sebab berbicara tentang sehat berarti berbicara lintas sektor dan lintas program, yang menilai sembilan tatanan dengan 136 indikator.

“Mewujudkan kota yang sehat tidak bisa hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga melibatkan pihak lain sesuai teori pentahelix. Swasta, akademisi, hingga media memiliki peran penting, khususnya dalam memberikan informasi positif untuk meyakinkan masyarakat bahwa kita bersama-sama mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045 yang sehat,” tutur Ely.(Redaksi Rzb SA)