Kabarindoraya.com | Bogor - IPB University menggelar Sidang Terbuka Dewan Guru Besar di Auditorium Andi Hakim Nasution, Sabtu (26/7). Acara ini dibuka dan ditutup oleh Rektor IPB University, Prof. Dr. Ir. Arief Satria, serta dipimpin oleh Ketua Dewan Guru Besar, Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS. Hadir pula Ketua Majelis Wali Amanat IPB Prof. Dr. Hardinsyah, para dekan fakultas, sivitas akademika, dan sekitar 200 tamu undangan.
Pada kesempatan ini, Prof. Dr. Amirudin Saleh, MS, Guru Besar Tetap Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Inovasi Kelembagaan Pertanian: Analisis Komunitas Estate Padi dan Kampus Desa di Indonesia.”
Prof. Amirudin menjelaskan bahwa Komunitas Estate Padi (KEP) merupakan model kelembagaan petani berbasis kawasan yang terintegrasi, mencakup produksi, pengolahan, hingga pemasaran secara kolektif. Tujuan KEP adalah menciptakan efisiensi usaha tani, memperkuat posisi tawar petani, serta membangun kemandirian dalam sistem rantai pasok pangan.
“Konsep umum KEP adalah satu unit KEP dipimpin oleh seorang manajer, terdiri dari sembilan regu dengan sembilan ketua regu. Di Pulau Jawa, satu unit KEP mengelola 101 hektar lahan, sementara di luar Jawa mencapai 303 hektar,” papar Prof. Amirudin.
KEP memiliki empat bentuk kelembagaan, salah satunya berbadan hukum, misalnya Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi. Konsep koperasi bahkan sejalan dengan Koperasi Merah Putih yang digagas Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, sebagai model pengembangan usaha pertanian kolektif berbasis modern.
Selama lima tahun terakhir, KEP telah diimplementasikan di tujuh kabupaten di Indonesia, yakni Malang, Purbalingga, Musi Banyuasin, Banyuasin, Cianjur, Tangerang, dan Karawang. Menurut Prof. Amirudin, lokasi tersebut dipilih karena memiliki karakter sosial-agraria yang kuat dan menantang dalam aspek kelembagaan petani.
Kampus Desa Integrasi Pengetahuan dan Komunitas Jika KEP menegaskan pentingnya kelembagaan berbasis kawasan, maka Kampus Desa berperan memperluas cakupan komunitas melalui integrasi pengetahuan lintas aktor, termasuk perguruan tinggi, mahasiswa, masyarakat, dan perusahaan pertanian.
Kampus Desa mengadopsi model komunikasi inovasi yang melibatkan empat elemen utama : Inovasi, yaitu teknologi atau ide baru yang dibawa ke desa.
Saluran komunikasi, yang menghubungkan kampus dan masyarakat desa.Waktu, sebagai faktor penting dalam proses adopsi inovasi.Sistem sosial, yaitu struktur masyarakat yang akan menerima inovasi.
“Kampus Desa menjadi jembatan yang mengintegrasikan program universitas dengan masyarakat. Model ini memperpanjang umur kelembagaan petani, seperti KEP, dan melahirkan desa-desa inovatif yang mandiri, kritis, serta berdaya saing,” ungkap Prof. Amirudin.
Program Sekolah Vokasi IPB University telah menjadi salah satu pionir dalam mengembangkan pendekatan Kampus Desa, dengan melibatkan mahasiswa dalam pendampingan langsung di desa.
Prof. Amirudin menegaskan bahwa digitalisasi dan komunikasi kelompok menjadi kunci keberhasilan KEP dan Kampus Desa. Teknologi digital memungkinkan petani memperoleh akses pasar lebih luas, mengoptimalkan produksi, dan melakukan pencatatan usaha tani yang lebih akurat.
“Kelembagaan pertanian yang kuat tidak hanya dibangun oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh jejaring komunikasi, solidaritas komunitas, dan literasi digital masyarakat desa,” katanya.
Rektor IPB University, Prof. Arief Satria, memberikan penghargaan atas kontribusi Prof. Amirudin yang telah lebih dari 30 tahun aktif dalam pengembangan ekologi manusia dan komunikasi pembangunan.
“Konsep KEP dan Kampus Desa adalah inovasi strategis untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Ini adalah bukti bahwa perguruan tinggi memiliki peran vital dalam transformasi sosial-ekonomi desa,” kata Prof. Arief.
Sidang Guru Besar menjadi momentum akademik untuk melahirkan gagasan strategis bagi bangsa. Kehadiran Prof. Amirudin sebagai Guru Besar memperkuat posisi Fakultas Ekologi Manusia sebagai pusat keunggulan dalam riset kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan pertanian berbasis komunitas.
Acara ini dihadiri ratusan undangan dari kalangan akademisi, pemerintah, alumni, serta mitra strategis. Orasi Prof. Amirudin ditutup dengan pesan bahwa pertanian masa depan membutuhkan kolaborasi, inovasi, dan penguatan kapasitas komunitas desa agar mampu bersaing di era global. (Abah Tataros)